Tujuan Pembelajaran:
1.
Menyebutkan fungsi umum
dan berbagai elemen
utama dalam system
ERP
2.
Menyebutkan berbagai aspek
konfigurasi ERP, termasuk
server, basis
data, dan penggunakan peranti lunak
jadi yang dapat ditambah (built-in)
3.
Menyebutkan tujuan penggudangan data sebagai suatu alat strategis dan
berbagai isu terkait desain,
pemeliharaan, dan operasi gudang data
4.
Menyebutkan berbagai risiko yang berkaitan dengan implementasi ERP
5.
Menyebutkan berbagai pertimbangan penting terkait implementasi ERP
6.
Menyebutkan berbagai implikasi pengendalian internal dan audit dalam
ERP
7.
Mengidentifikasi berbagai produk
ERP terkemuka dan
berbagai fitur
yang memebdakan satu sama lain
I. Definisi Enterprise Resource
Planning (ERP)
ERP
adalah paket software
yang melibatkan banyak
modul software yang berkembang terutama
dari sisitem tradisional
Manufacturing Resource Planning (MRP II).
Tujuan dari ERP
adalah untuk mengintegrasikan proses-proses
kunci organisasi seperti order
entry, manufacturing, pembelian
dan utang dagang, penggajian, dan sumber daya manusia.
Dalam model system informasi tradisional tiap departemen atau
fungsi mempunyai system
komputer sendiri yang
didesain untuk mengoptimalkan
kinerjanya tiap departeman dan fungsi. ERP menggabungkan semua ini menjadi
satu system yang
terintegrasi yang mengaskses
satu database sehingga memungkinkan sharing informasi dan
meningkatkan komunikasi dalam perusahaan.
Dalam
system informasi tradisional
dengan arsitektur database
tertutup yang konsepnya mirip
dengan pendekatan flat-file.
Seperti pada pendekatan
flat-file approach, data tetap menjadi property aplikasi. Lalu muncullah
database independen yang berbeda dan
terpisah. Dan sperti
tang terjadi pada
pendekatan flat-file, kemungkinan
terjadinya redudansi data tinggi. Komunikasi
yang tidak efektif
antar system tradisional
sering menyebabkan proses disain
system yang terbagi-bagi.
Tiap sistem di
disain untuk menylesaikan
masalah operasional spesifik daripada sebagai bagian dari stategi
keseluruhan. Sistem IRP mendukung
arus informasi yang
halus. Lintas organisasi
dengan menyediakan
lingkungan yang standar
untuk bisnis perusahaan
dan database operasional umum
yang mendukung operasi.
Aplikasi Inti (core Application) dari ERP
Berdasarkan fungsinya,
ERP dibagi menjadi
2 kelompok umum
yaitu core applications and
business analysis applications.
Core applications adalah
aplikasi yang mendukung oprasional aktivitas sehari-hari pada bisnis.
Core application tidak terbatas
pada penjualan dan
distribusi, perencanaan bisnis,
perencanaan produksi,
pengendalian dasar perusahaan
dan logistik. core
application juga dapat
disebut aplikasi Online transaction processing(OLTP). Aplikasi ini
termasuk:
·
Fungsi Penjualan dan distribusi menangani order yang masuk dan menjadwal
pengiriman. termasuk memeriksa
ketersediaan produk untuk
memastikan pengiriman yang tepat waktu dan memverifikasi batas kredit
pelanggan. tidak seperti
traditional model, order
pelanggan masuk dalam
ERP hanya sekali. semenjak semua
pengguna dapat mengakses
database umum, status
order dapat ditentukan pada setiap point. kenyataannya, pelanggan dapat
mengakses internet dan memeriksa
status order secara
langsung. integrasi tersebut mengurangi kativitas maual,
menghemat waktu, dan mengurangi kesalahan.
·
Perencanaan
bisnis terdiri dari
perkiraan permintaan, perencanaan
produksi produk, dan
detail arah informasi
yang menjelaskan rangkaian
dan tahapan dari proses yang
sedang berlangsung. perencanaan kapasitas dan perencanaan produksi bisa
sangat kompleks,oleh karena
itu beberapa ERP
menyediakan alat simulasi untuk
membantu manajer memutuskan
bagaimana untuk menghindari kekurangan
pada material, tenaga
kerja, atau fasilitas-fasilitas pabrik.sekali master
production schedule selesai, data masuk ke modul MRP ( Materials requirment
planning), yang menyediakan
tiga bagian kunci
pada informasi: laporan pengecualian,
daftar material yang
dibutuhkan, daftar permintaan
persediaan.
·
pengendalian
dasar peusahaan menyangkut
jadwal produksi yang
detail, pengiriman,
dan kegiatan penetapan biaya pekerja dihubungkan dengan proses produksi aktual.
·
Aplikasi logistik bertanggung jawab untuk
meyakinkan pengiriman yang tepat waktu kepada pelanggan.
sebagian besar ERP
juga termasuk kegitan pengadaan dalam fungsi logistik. OLAP
(Online Analitycal Processing)ERP bukan hanya sekedar sistem pemrosesan
transaksi yang rumit. ERP adalah alat pendukung
keputusan yang menyediakan
manajemen informasi yang
real-time dan mengijinkan
keputusan tepat waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan
mendapatkan keunggulan kompetitif.
online Analytical processing(OLAP) termasuk pendukung keputusan, modeling,
pengembalian informasi, pelaporan/analisis ad-hoc, dan what-if analisis.
II. Konfigurasi Sistem ERP
Sebagian besar sitem ERP berdasar
pada model server klien. secara singkatnya, model server klien adalah bentuk
dari topologi jaringan yang mana komputer pengguna atau terminal (klien)
mengakses program dan
data ERP melalui
host computer yang disebut
server. Walaupun server
dapat dipusatkan, klien
biasanya ditempatkan
dimacam-macam lokasi diseluruh perusahaan. dua bentuk dasar client-server
modul:
·
Two Tier Model, pada two tier model, server
menangani kedua tugas aplikasi dan database. komputer
klien bertanggung jawab
untuk menyajikan data kepada pengguna dan menyalurkan input
pengguna kembali ke sever. bebrapa Vendor ERP menggunakan pendekatan ini pada
Local Area Network.
·
Three
Tier Model, fungsi
database dan
aplikasi terpisah dalam
three tier model. bentuk ini khusus untuk sistem ERP
yang luas dimana pengguan menggunakan wide area
network untuk berhubungan
antar pengguna. awalnya,
klien membangun komunikasi dengan
application server. kemudian
application server memulai hubangan kedua ke database server
OLTP vs OLAP
Perbedaan OLTP
dan OLAP dapat
diringkas sebagai berikut.
Aplikasi OLTP mendukung tugas
penting manajemen melalui
Queri sedehana pada
oprasional database. aplikasi OLAP Mendukung tugas penting manajemen
melalui pemeriksaan analisis pada gabungan data yang kompleks yang didapat dari
data warehouse.
OLAP server mendukung common
analytical operation termasuk:
·
Consolidation adalah pengumpulan atau roll-up data.
·
Drill-down
mengizinkan pengguna untuk
melihat data sesuai
pilihan tingkat detail .
·
Slicing and Dicing memungkinkan pengguna untuk memeriksa data
dari sudut pandang yang
berbeda, sering dilaksanakan
sepanjang waktu untuk menggambarkan tren dan pola
Perangkat Lunak Bolt-On
Bany ak organisasi menemukan
bahwa perangkat lunak
ERP sendiri tidak dapat digunakan
untuk menjalankan semua
proses dalam perusahaan.
Perusahaanini menggunakan beber apa
perangkat lunak bolt-
on y ang disediakan vendor pihak ketiga untuk
menjalankan proses bisnis
tertentu. Pemilihan perangkat
lunak ini perlu mendapat
perhatian agar dapat
berjalan pada system
ERP yang akan diimplementasikan.
Supply Chain Management (SCM)Supply chain management
adalah rangkaian kegiatan
yang berhubungan dengan memindahkan barang
dari tahap bahan
baku sampai ke
pelanggan. Ini termasuk pengadaan, penjadwalan
produksi, pemrosesan order
tersebut, manajemen inventarisasi,
transportasi, pergudangan, layanan pelanggan, dan ramalan permintaan untuk barang.
SCM sistem adalah
suatu aplikasi perangkat
lunak yang mendukung tugas ini. Keberhasilan
SCM menyelaraskan dan
mengintegrasikan kegiatan
tersebut ke dalam proses yang halus. SCM menghubungkan semua mitra dalam
rantai, termasuk vendor, perusahaan
pengangkut, perusahaan logistic
pihak ketiga, dan penyedia sistem informasi.
III. Data Warehousing
Data
warehouse merupakan basis
data r elational atau
multidimentional yang dapat berisi
data giga sampai
tera bytes. Proses
data warehousing melibatkan
extracting, converting dan standarizing
data operasional organisasi dari
ERP dan sistem
lama dan memasukkanny a kedalam
arsip pusat yang disebut dengan
data warehouse. Sekali data dimasukkan
kedalam warehouse, data
dapat diakses melalui
berbagai macam query dan alat
analisis yanng digunakan
untuk data mining
(proses selecting,
exploring, dan modeling
data untuk mengungkapkan
hubungan dan pola umum
yang ada dalam basis
data tetapi tersembunyi
didalamnya).
Lima tahapan pokok dari proses data
warehouse
·
perancangan data untuk data warehouse
·
mengekstrak data dari database operasional
·
Pembersihan data yang diekstrak.
·
Mengubah data menjadi model warehouse
·
Memuat data kedalam database data warehouse
Berikut tahapan penting dalam
proses data warehousing.
1.
Membuat model Data Warehouse
Disain basis
data yang baik
menekankan pentingnya data
normaization untuk
menghilangkan update anomaly ,
insertion anomaly , dan
deletionanomaly . Hal ini
diperlukan agar basis
data dapat mencerminkan
hubungan yang dinamis y ang
terjadi dalam entitas
secara akurat. Walaupun
basis data normalized
secara penuh dapat
menghasilkan model yang
fleksibel yang dibutuhkan untuk membantu banyak
pengguna dalam lingkungan
operasi yang dinamis ini,
tetapi hal ini
juga menambah kompleksitas yang berakhir pada
performa yang tidak
efisien. Jadi, dalam
merancang modelbasis data
ini perlu dipisahkan
normalized table mana
yang harus di konsolidasikan ke dalam denormalized
tables agar performa dari sistem
dapat terjaga.
2.
Mengekstrak data dari basis data operasi
Untuk mengekstraksi data
dari basis data,
umumnya basis data
itu harus tidak beroperasi untuk
menghindari ketidakkonsistenan data. Karena besarnya data
dan kebutuhan transfer yang
cepat untuk meminimalisir downtime,
konversi tidak dilakukan
atau dikerjakan sedikit
saja. Untuk mempercepat transfer ,
dapat digunakan teknik
yang disebut changed
datacapture (hanya merekam
data yang dimodifikasi
baru-baru ini). Salah
satu fitur penting dari data
warehouse adalah data yang dimasukkan ke
dalam data warehouse merupakan data yang stabil
akibat data dimasukkan
kedalam warehouse setelah aktivitasnya selesai.
3.
Membersihkan data yang diekstrak
Pembersihan data
melibatkan perbaikan data
sebelum dimasukkan kedalam warehouse. Pembersihan
ini dikarenakan data
operasi dapat mengandung kesalahan klerikal,
entri data, dan program. Pembersihan
ini, juga termasuk
menstandarisasi istilah bisnis dalam basis data.
4.
Mengubah data ke dalam data model warehouse
Data
warehouse terdiri dari
data detil dan
data ringkas. Untuk
meningkatkan efisiensi, data dapat
di ubah menjadi
data ringkas sebelum
dimasukkankedalam warehouse. Sebuah
data wa ehouse yang
berisi ringkasan datadapat
mengurangi waktu proses
selama analisis. Tetapi, karena
masalah bisnis memerlukan data
detil untuk mengevaluasi
tren, pola, atau
anomali yang terlihat pada
laporan ringkas juga
satu anomali dalam
data detil dapatmuncul
dalam bentuk berbeda
di ringkasan yang bermacam
maka perangkatlunak OLAP
masih membolehkan pengguna
membuat data detil
virtual jikabelum ada.
5.
Memasukkan data ke dalam basis data data warehouse
Kesuksesan data
warehouse membutuhkan pemisahan
pembuatan dan pemeliharaan antara
data warehouse dengan
basis data operasi.
Berikut beberapa alasan perluny a warehouse
·
Efisiensi internal: Persyaratan
struktur dan operasional
dari pemrosesan transaksi dengan
data mining sangat
berbeda, sehingga menjadi hal yang sangat
tidak praktis untuk
menyimpan data operasional dengan arsip data dalam basis data yang sama.
·
Integrasi
dengan sistem yang
lama atau sebelumnya. Pengaruh
dari sistem lama
y ang masih sangat
kental karena telah
lama digunakan, sehingga sebagian
besar data
bisnis perusahaan dibuat oleh
sistem yang lama.
Padahal data yang
dihasilkan biasanya tidak dapat
digunakan dalam alat data
mining modern. Jadi, agar
data ini dapat
dipakai, data warehouse
yang terpisah dibutuhkan untuk
memberi ruang penyatuan
antara sistem lama yang
kontemporer ke struktur
umum yang mendukung
analisis perusahaan secara menyeluruh.
·
Konsolidasi
data global: Munculnya
ekonomi global membawa perubahan yang besar
kepada struktur bisnis
organisasi dan kebutuhan akan
informasi pun meningkat.
Karena kompleksitas dari bisnis
saat ini, sebuah
data warehouse yang
terpusat dan terpisah dari
basis data operasional
merupakan cara yang
efektif untuk mengumpulkan,
menstandarkan, dan
mengasimilasi data dari sumber yang
beraneka ragam.
Pengambilan keputusan yang didukung oleh data warehouse
Data
warehouse memiliki fungsi
yang sama dengan
basis data tradisional.
Selain itu, basis data
ini juga meny ediakan informasi
lain yang tidak
memungkinkan dibuat dalam sistem
tradisional seperti analisis
multi dimensi serta
visualisasi informasi.
Pembuatan laporan standar
dalam sistem data warehousing ini
dapat dilakukan secara otomatis
sehingga dapat mengurangi
akses ke warehouse
dan meningkatkan efisiensi dalam berhubungan dengan kepentingan yang lebih
spesifik. Teknik drill-down merupakan
analisis data yang
berguna dalam kaitanny a
dengan data mining. Analisis
drill-down dimulai dari
meninjau data, dan
ketika terlihat adanya anomali
atau tren yang
menarik, pengguna dapat
melihat hal itu
secara lebih detil hingga
tingkatan data detil.
Hal ini tentunya tidak dapat diantisipasi dalan laporan standar .
Pengambilan keputusan atas rantai suplai dengan didukung data warehouse
Ada
keuntungan dengan membagi
data kepada pihak
luar seperti konsumen
dan pemasok, yaitu meningkatkan
hubungan dengan pihak
tersebut dan memberikan layanan yang
lebih baik. Selain
itu dapat memberikan respon y ang
lebih baik dalam rantai suplai.
IV. Resiko yang Berkaitan dengan
Implementasi ERP
Berikut resiko yang perlu
dipertimbangkan dalam implementasi ERP:
1.
Implementasi dengan pendekatan Big-Bang dan Phased-In
Kebany akan implementasi ERP
mengalami kegagalan
karena masalah budaya dalam
perusahaan yang menentang
proses ini. Ada
beberapa pendekatan dalam mengimplementasikan ERP ,
antara lain:
·
Pendekatan
big-bang. Pendekatan ini
mencoba untuk mengalihkan operasi
dari sistem lama
ke sistem baru sekaligus,
tanpa adanya tahapan pengimplementasian. Hal
ini tentunya akan
mendapat penentang karena setiap
orang dalam organisasi
lebih familiar dengan sistem lama. Selain
itu, individu seringkali
menemukan dirinya mengisi data
lebih bany ak dibanding
dengan saat menggunakan sistem
lama. Hal tersebut dapat
meny ebabkan gangguan pada
operasi harian. Tetapi
ketika periode penyesuaian dapat
terlewati dan munculnya
budaya perusahaan baru, ERP
menjadi alat operasi
dan strategik yang
memberikan keuntungan kompetitif kepada perusahaan.
·
Pendekatan
Phased-In. Karena banyaknya
tentangan atas pendekatan diatas, maka pendekatan
ini menjadi alternative
favorit dalam pengimplementasian ERP .
Pendekatan ini mengimplementasikan ERP pada unit bisnis satu demi satu. Proses dan data umum
dapat disatukan tanpa harus mengganggu
operasi perusahaan. Tujuan
dari pendekatan ini adalah
untuk membuat ERP
dapat berjalan dengan
baik bersamaan dengan sistem
lama, setelah fungsi-fungsi
organisasi terkonversikan kedalam
sistem yang baru, sistem lama diistirahatkan.
Oposisi terhadap perubahan budaya bisnis
Perubahan harus
dapat didukung oleh
buday a organisasi itu
sendiri agar implementasi ERP
dapat berhasil. Selain
itu, diperlukan staf
teknis untuk system baru
ini atau basis
pengguna yang paham
teknologi komputer agar
proses pembelajarannya dapat
berjalan lancar .
Memilih ERP yang salah
Alasan umumnya
dari kegagalan pengimplementasian ERP
adalah ERP tidak mendukung satu
atau lebih proses
bisnis yang penting.
Jika salah memilih, dibutuhkan perubahan
model ERP y ang
luas, memakan waktu,
dan juga tentunya menghabiskan dana yang tidak
sedikit. Gangguan serius
dapat terjadi dikarenakan kealpaan ini.
Lebih lanjut, pengembangan dari
sistem ERP ini
akan menjadi lebih sulit lagi.
Goodness of Fit
Manajemen perlu
yakin bahwa ERP
yang dipilih tepat
bagi perusahaan. Untuk menemukannya diperlukan
proses seleksi perangkat
lunak yang meyerupai
corong, yang dimulai dari hal
yang luas lalu
menjadi lebih terfokus. Tetapi, jika
proses bisnis itu sangat
unik, sistem ERP harus
dimodifikasi agar dapat
berjalan dengan sistem yang lama
atau mengakomodasi perangkat lunak bolt-on. Isu skalabilitas sistem.
Jika manajemen memperkirakan volume
bisnis yang meningkat saat penggunaan sistem
ERP , mereka memiliki
isu skalabilitas yang perlu dialamatkan. Skalabilitas adalah
kemampuan dari sistem
untuk berjalan secara lancar
dan ekonomis saat
persy aratan pengguna bertambah. Ukuran dari skalabilitas yang penting adalah
size, speed, dan workload.
Memilih konsultan yang salah
Sukses dari
pengimplementasian ini tergantung
dari keahlian dan
pengalaman yang biasanya tidak
tersedia langsung. Karena
itu, kebany akan implementasi ERP melibatkan perusahaan konsultan
yang mengkoordinasikan proyek,
membantu organisasi dalam mengenali
kebutuhannya. T etapi,
dengan bany aknya permintaan pengimplementasian sistem
ERP , maka perusahaan konsultan
kekurangan sumber daya manusia.
Hal ini meny ebabkan penempatan individu
yang tidak sesuai dengan
kualifikasi. Permasalahan ini
meny ebabkan bany aknya proses implementasi ERP
y ang gagal. Oleh
karena itu, sebelum
melibatkan sebuah
konsultan luar , manajemen
perlu melakukan tahap-tahap
berikut ini:
·
Mewawancara
staf yang diusulkan kepada
proyek dan buat
draft yang meyebutkan
penempatan tugasnya.
·
Tetapkan dalam tulisan bagaimana perubahan staf
ditangani.
·
Lakukan rujukan terhadap member staf yang
diusulkan.
·
Selaraskan
kpentingan konsultan
yang organisasi itu
bernegosiasi sebuah skema pay -per-
performance yang didasari
pencapaian tertentu atas
proyek.Contohny a, jumlah uang y
ang dibay ar kepada konsultan
mungkin berada dikisaran
85 sd 115
persen dan upah
kontrak, tergantung dari
apakah kesuksesan proyek pengimplementasian berada
sesuai jadwal atau tidak.
·
Buat
waktu tenggat pemutusan
yang tegas kepada
konsultan untuk menghindari konsultasi
yang tidak ada
akhirnya, yang berakibat ketergantungan dan
upah yang mengalir
tanpa henti.
Biaya tinggi dan biaya yang melebihi anggaran
Resiko yang
ada bebentuk biaya
yang di anggap
terlalu rendah atau
yang tidak diantisipasi. Masalah
yang sering muncul terjadi dalam beberapa area yaitu
·
Pelatihan.
Biaya pelatihan selalu lebih
tinggi dari yang
diperkirakan karena manajemen berfokus
terutama pada niaya mengajarkan pekerja perangkat lunak baru. Hal ini
sebenarnya hanya sebagian dari
pelatihan yang dibutuhkan. Pekerja
juga harus mempelajari prosedur baru, yang seringkali diabaikan saat proses
penganggaran.
·
Pengujian
dan peny atuan
sistem. ERP merupakan
model keseluruhan yang dalam
teorinya satu sistem
yang menggerakkan seluruh
organisasi. Pada keny
ataannya, bany ak organisasi
menggunakan ERP sebagai
tulang punggung yang terikat
pada sistem lama
dan perangkat lunak bolt-on,
yang mendukung kebutuhan khusus
perusahaan. Menggabungkan sistem
yang tidak sama ini
dengan sistem ERP
dapat melibatkan penulisan
program konversi atau bahkan memodifikasi kode
internal dari
ERP . Penggabungan dan pengujian
dilaksanakan dengan basis case-by-case,
jadi biayanya sangat sulit ditaksir
sebelumnya.
·
Konversi basis data. Sebuah sistem
ERP baru biasany a berarti basis
data baru. Konversi data
merupakan proses mengalihkan data
dari sistem lama kepada basis
data ERP . Jika
data sistem lama
handal, proses konversi dilaksanakan lewat
prosedur yang otomatis.
Meskipun dengan kondisi ideal, pengujian dan
rekonsiliasi manual dibutuhkan
untuk menjamin bahwa pemindahan telah lengkap dan akurat. Proses implementasi ERP
ini memerlukan biay a yang
besar sedangkan manfaatnya tidak
dapat dirasakan dalam jangka
waktu yang pendek.
Untuk itu, manajemen harus
pandai menaksir kuntungan
y ang didapat dari pengimplementasian ini
agar tidak mengalami
kerugian akibat proses ini.
Gangguan Operasi
Sistem ERP
dapat mengacaukan operasi
perusahaan yang memasangnya.
Hal ini disebabkan sistem
ERP ini terlihat
asing dibandingkan dengan
sistem lama sehingga memerlukan periode penyesuaian untuk memperlancar proses
implementasi ini.
V. Implikasi terhadap Kontrol
Internal dan Audit
Beberapa perhatian penting atas isu
kontrol internal dan audit, antara lain:
1. Otorisasi transaksi
Kontrol perlu
ditanamkan pada sistem
untuk memvalidasi transaksi sebelum diterima
dan digunakan modul lain.
T antangan bagi auditor adalah memverifikasi otorisasi
transaksi untuk mendapatkan
pengetahuan yang
terperinci atas konfigurasi sistem
ERP dan pengertian yang seksama atas proses bisnis dan arus informasi
antara komponen sistem.
2. Pemisahan tugas
Keputusan operasional organisasiberbasis ERP
berusah didekatkan dengan sumber dari kejadianny a. Proses
manual yang memerlukan
pemisahan tugas seringkali dihilangkan dalam
lingkungan ERP . Hal
ini menimbulkan permasalahan baru
bagaimana mengamankan, mengontrol suatu sistem
agar dapat menjamin pemisahan
tugas berjalan dengan
baik. Untuk memecahkan masalah
ini, SAP memperkenalkan teknik
user role. Seiap role
diberikan suatu set
aktivitas yang ditugaskan
pada pengguna yang berwenang dalam
sistem ERP . Auditor
perlu memastikan apakan
role ini diberikan sesuai dengan
tanggung jawab kerjanya.
3. Pengawasan
Seringkali kegagalan
dari implementasi ERP
dikarenakan manajemen tidak mengerti dengan
baik pengaruhnya terhadap
bisnis. Seringkali, setelah ERP berjalan,
hanya tim implementasi yang
mengerti cara kerjanya. Karena peran
tradisional akan diganti,
supervisor perlu mendapatkan pengertian teknis
dan operasional yang mendalam
atas sistem
baru ini. Supervisor seharusny a
memiliki waktu untuk
mengelola melalui kemampuan pengawasan
yang ditingkatkan serta
meningkatkan rentang kontrol mereka.
4. Accounting Records
Dalam sistem
ini data OL TP
dapat dengan mudah
diproses menjadi berbagai macam
produk akuntansi, resiko
yang ada dapat
diminimalkan dengan
meningkatkan akurasi entri
data. T etapi, Walaupun
menggunakan teknologi ERP
, beberapa resiko
atas akurasi accounting records
masih muncul. Hal ini
disebabkan karena data
yang rusak atau
tidak akurat akibat melewati
sumber eksternal. Data
ini dapat berisi
duplicate records, nilai yang
tidak akurat, atau
fields yang tidak
lengkap. Oleh karena
itu dibutuhkan pembersihan data
untuk mengurangi resiko
dan menyakinkan data yang paling
akurat dan terkini yang diterima.
5. Kontrol akses
Security merupakan
isu yang
penting dalam implementasi ERP .
Tujuan dari security
ini untuk menyediakan
kerahasiaan, kejujuran, dan ketersediaan informasi
yang dibutuhkan. Apabila
security lemah, dapat meny ebabkan pembeberan
rahasia dagang kepada
pesaing dan akses
tanpa izin.
Akses kepada data warehouse
Kontrol dari
akses merupakan fitur
penting data warehouse
yang dibagi kepada
konsumen dan pemasok.
Organisasi seharusnya membangun prosedur untuk
mengawasi otorisasi individual ditempat konsumen dan suplier yang akan diberi akses
kedalam data warehouse-nya
Perencanaan kontingensi
Organisasi harus
mempunyai rencana kontingensi
yang rinci dapat digunakan sewaktu-waktu
bila terjadi bencana yang
dikembangkan untuk operasi komputer
dan bisnis. Rencana
ini perlu dikembangkan sebelum sistem ERP
berjalan. Organisasi yang
memiliki unit bisnis
yang sangat terintegritas mungkin
memerlukan satu system
ERP yang dapat
diakses melalui internet atau
private line dari
seluruh dunia untuk mengkonsolidasikan data
dari sistem sekunder . Sedangkan
perusahaan dengan unit organisasi
yang berdiri sendiri
dan tidak berbagi
konsumen, pemasok, atau
produk yang sama seringkali memilih untuk
memasang server regional.
Verifikasi Independen
Fokus
verifikasi independen atas
sistem ini tidak
tertumpu pada tingkatan transaksi, tetapi
secara keseluruhan. Hal ini
menyebabkan usaha verifikasi independen hanya
dapat dilakukan oleh
tim yang mahir teknologi ERP .
6. Mengaudit data warehouse
Dalam
mengaudit sistem informasi,
auditor harus dapat
mendesain prosedur untuk mengumpulkan
bukti atas asersi
manajemen y ang berhubungan dengan laporan
keuangan perusahaan. Data
yang terkandung dalam
data warehouse merupakan sumber
yang sangat baik
dalam menyelenggarakan
analisis time-series dan
ratio. Walaupun demikian,
auditor perlu memahami prosedur
dalam mempopulasi warehouse.
Pembersihan data merupakan tahapan penting
dalam mengelola warehouse
agar berguna dengan baik.
Jadi, auditor harus
berhati-hati menggantungkan diri
pada warehouse
0 komentar:
Posting Komentar