Selasa, 07 Oktober 2014

SISTEM PERENCANAAN SUMBER DAYA PERUSAHAAN (ENTERPRISE RESOURCE PLANNING SYSTEMS)

Tujuan Pembelajaran:
1.  Menyebutkan  fungsi  umum  dan  berbagai  elemen  utama  dalam  system
ERP
2.  Menyebutkan  berbagai  aspek  konfigurasi  ERP,  termasuk  server,  basis
data, dan penggunakan peranti lunak jadi yang dapat ditambah (built-in)
3.   Menyebutkan tujuan penggudangan data sebagai suatu alat strategis dan
berbagai isu terkait desain, pemeliharaan, dan operasi gudang data
4.  Menyebutkan berbagai risiko yang berkaitan dengan implementasi ERP
5.  Menyebutkan berbagai pertimbangan penting terkait implementasi ERP
6.  Menyebutkan berbagai implikasi pengendalian internal dan audit dalam
ERP
7.  Mengidentifikasi  berbagai  produk  ERP  terkemuka  dan  berbagai  fitur
yang memebdakan satu sama lain

I.  Definisi Enterprise Resource Planning (ERP)
ERP  adalah  paket  software  yang  melibatkan  banyak  modul  software  yang berkembang  terutama  dari  sisitem  tradisional  Manufacturing  Resource  Planning (MRP  II).  Tujuan  dari  ERP  adalah  untuk  mengintegrasikan  proses-proses  kunci organisasi  seperti  order  entry,  manufacturing,  pembelian  dan  utang  dagang, penggajian, dan sumber daya manusia. Dalam model system informasi tradisional tiap departemen  atau  fungsi  mempunyai  system  komputer  sendiri  yang  didesain  untuk mengoptimalkan kinerjanya tiap departeman dan fungsi. ERP menggabungkan semua ini  menjadi  satu  system  yang  terintegrasi  yang  mengaskses  satu  database  sehingga memungkinkan sharing informasi dan meningkatkan komunikasi dalam perusahaan.

Dalam  system  informasi  tradisional  dengan  arsitektur  database  tertutup  yang konsepnya  mirip  dengan  pendekatan  flat-file.  Seperti  pada  pendekatan  flat-file approach, data tetap menjadi property aplikasi. Lalu muncullah database independen yang  berbeda  dan  terpisah.  Dan  sperti  tang  terjadi  pada  pendekatan  flat-file, kemungkinan terjadinya redudansi data tinggi. Komunikasi  yang  tidak  efektif  antar  system  tradisional  sering  menyebabkan  proses disain  system  yang  terbagi-bagi.  Tiap  sistem  di  disain  untuk  menylesaikan  masalah operasional spesifik daripada sebagai bagian dari stategi keseluruhan. Sistem  IRP  mendukung  arus  informasi  yang  halus.  Lintas  organisasi  dengan menyediakan  lingkungan  yang  standar  untuk  bisnis  perusahaan  dan  database operasional umum yang mendukung operasi.

Aplikasi Inti (core Application) dari ERP
Berdasarkan    fungsinya,  ERP    dibagi    menjadi    2    kelompok    umum    yaitu  core applications  and  business  analysis  applications.  Core  applications  adalah  aplikasi yang mendukung oprasional aktivitas sehari-hari pada bisnis. Core application tidak terbatas  pada  penjualan  dan  distribusi,  perencanaan  bisnis,  perencanaan  produksi, pengendalian  dasar  perusahaan  dan  logistik.  core  application  juga  dapat  disebut aplikasi Online transaction processing(OLTP). Aplikasi ini termasuk:
·         Fungsi Penjualan dan distribusi menangani order yang masuk dan menjadwal pengiriman.  termasuk  memeriksa  ketersediaan  produk  untuk  memastikan pengiriman yang tepat waktu dan memverifikasi batas kredit pelanggan. tidak seperti  traditional  model,  order  pelanggan  masuk  dalam  ERP  hanya  sekali. semenjak  semua  pengguna  dapat  mengakses  database  umum,  status  order dapat ditentukan pada setiap point. kenyataannya, pelanggan dapat mengakses internet  dan  memeriksa  status  order  secara  langsung.  integrasi  tersebut mengurangi kativitas maual, menghemat waktu, dan mengurangi kesalahan.
·         Perencanaan  bisnis   terdiri  dari  perkiraan  permintaan,  perencanaan  produksi produk,  dan  detail  arah  informasi  yang  menjelaskan  rangkaian  dan  tahapan dari proses yang sedang berlangsung. perencanaan kapasitas dan perencanaan produksi  bisa  sangat  kompleks,oleh  karena  itu  beberapa  ERP  menyediakan alat  simulasi  untuk  membantu  manajer  memutuskan  bagaimana  untuk menghindari  kekurangan  pada  material,  tenaga  kerja,  atau  fasilitas-fasilitas pabrik.sekali master production schedule selesai, data masuk ke modul MRP ( Materials  requirment  planning),  yang  menyediakan  tiga  bagian  kunci  pada informasi:  laporan  pengecualian,  daftar  material  yang  dibutuhkan,  daftar permintaan persediaan.
·         pengendalian  dasar  peusahaan  menyangkut  jadwal  produksi  yang  detail, pengiriman, dan kegiatan penetapan biaya pekerja dihubungkan dengan proses produksi aktual.
·         Aplikasi logistik bertanggung jawab untuk meyakinkan pengiriman yang tepat waktu  kepada  pelanggan.  sebagian  besar  ERP  juga  termasuk  kegitan pengadaan dalam fungsi logistik. OLAP (Online Analitycal Processing)ERP bukan hanya sekedar sistem pemrosesan transaksi yang rumit. ERP adalah alat pendukung  keputusan  yang  menyediakan  manajemen  informasi  yang  real-time  dan mengijinkan keputusan tepat waktu yang dibutuhkan untuk meningkatkan kinerja dan mendapatkan  keunggulan  kompetitif.  online  Analytical  processing(OLAP)  termasuk pendukung keputusan, modeling, pengembalian informasi, pelaporan/analisis ad-hoc, dan what-if analisis.


II.  Konfigurasi Sistem ERP
Sebagian besar sitem ERP berdasar pada model server klien. secara singkatnya, model server klien adalah bentuk dari topologi jaringan yang mana komputer pengguna atau terminal  (klien)  mengakses   program  dan  data  ERP  melalui  host  computer  yang disebut  server.  Walaupun  server  dapat  dipusatkan,  klien  biasanya  ditempatkan dimacam-macam lokasi diseluruh perusahaan. dua bentuk dasar client-server modul:
·         Two Tier Model, pada two tier model, server menangani kedua tugas aplikasi dan  database.  komputer  klien  bertanggung  jawab  untuk  menyajikan  data kepada pengguna dan menyalurkan input pengguna kembali ke sever. bebrapa Vendor ERP menggunakan pendekatan ini pada Local Area Network.

·         Three  Tier  Model,  fungsi  database  dan  aplikasi  terpisah  dalam  three  tier  model. bentuk ini khusus untuk sistem ERP yang luas dimana pengguan menggunakan wide area  network  untuk  berhubungan  antar  pengguna.  awalnya,   klien  membangun komunikasi  dengan  application  server.  kemudian  application  server  memulai hubangan kedua ke database server

OLTP vs OLAP
Perbedaan  OLTP  dan  OLAP  dapat  diringkas  sebagai  berikut.  Aplikasi  OLTP mendukung  tugas  penting  manajemen  melalui  Queri  sedehana  pada  oprasional database. aplikasi OLAP Mendukung tugas penting manajemen melalui pemeriksaan analisis pada gabungan data yang kompleks yang didapat dari data warehouse.
OLAP server mendukung common analytical operation termasuk:
·         Consolidation adalah pengumpulan atau roll-up data.
·         Drill-down  mengizinkan  pengguna  untuk  melihat  data  sesuai  pilihan  tingkat detail .
·         Slicing and Dicing  memungkinkan pengguna untuk memeriksa data dari sudut pandang  yang  berbeda,  sering  dilaksanakan  sepanjang  waktu  untuk menggambarkan tren dan pola
Perangkat Lunak Bolt-On
Bany ak    organisasi    menemukan    bahwa    perangkat    lunak    ERP sendiri   tidak dapat   digunakan   untuk  menjalankan  semua  proses  dalam  perusahaan.  Perusahaanini  menggunakan  beber apa  perangkat  lunak  bolt-  on    y ang    disediakan    vendor pihak ketiga   untuk  menjalankan  proses  bisnis  tertentu.  Pemilihan  perangkat  lunak ini  perlu  mendapat  perhatian  agar  dapat  berjalan  pada  system  ERP  yang  akan diimplementasikan.
Supply Chain Management (SCM)Supply  chain  management  adalah  rangkaian  kegiatan  yang  berhubungan  dengan memindahkan  barang  dari  tahap  bahan  baku  sampai  ke  pelanggan.  Ini  termasuk pengadaan,  penjadwalan  produksi,  pemrosesan  order  tersebut,  manajemen inventarisasi, transportasi, pergudangan, layanan pelanggan, dan ramalan permintaan untuk  barang.  SCM  sistem  adalah  suatu  aplikasi  perangkat  lunak  yang  mendukung tugas ini.  Keberhasilan  SCM  menyelaraskan  dan  mengintegrasikan  kegiatan tersebut ke dalam proses yang halus. SCM menghubungkan semua mitra dalam rantai, termasuk  vendor,  perusahaan  pengangkut,  perusahaan  logistic  pihak  ketiga,  dan penyedia sistem informasi.


III.  Data Warehousing
Data  warehouse  merupakan  basis  data  r elational  atau  multidimentional  yang  dapat berisi  data  giga  sampai  tera  bytes.  Proses  data  warehousing  melibatkan  extracting, converting  dan  standarizing  data operasional    organisasi    dari    ERP  dan    sistem    lama dan   memasukkanny a   kedalam   arsip   pusat   yang disebut   dengan   data   warehouse. Sekali    data    dimasukkan    kedalam    warehouse,    data    dapat    diakses  melalui    berbagai macam    query    dan    alat    analisis    yanng    digunakan    untuk    data    mining    (proses selecting,  exploring,  dan  modeling  data  untuk  mengungkapkan  hubungan  dan  pola umum  yang  ada dalam  basis  data  tetapi  tersembunyi  didalamnya). 
Lima tahapan pokok dari proses data warehouse
·         perancangan data untuk data warehouse
·         mengekstrak data dari database operasional
·         Pembersihan data yang diekstrak.
·         Mengubah data menjadi model warehouse
·         Memuat data kedalam database data warehouse
Berikut  tahapan penting  dalam  proses data warehousing.
1.  Membuat model Data Warehouse
Disain    basis    data    yang    baik    menekankan    pentingnya    data    normaization untuk    menghilangkan  update  anomaly ,  insertion  anomaly ,  dan  deletionanomaly .  Hal  ini  diperlukan  agar  basis  data  dapat  mencerminkan   hubungan yang   dinamis   y ang   terjadi   dalam   entitas   secara   akurat.   Walaupun   basis data normalized   secara   penuh   dapat   menghasilkan   model   yang   fleksibel   yang dibutuhkan   untuk membantu   banyak   pengguna   dalam   lingkungan   operasi yang    dinamis    ini,    tetapi    hal    ini    juga  menambah    kompleksitas    yang berakhir    pada  performa  yang    tidak    efisien.    Jadi,    dalam  merancang  modelbasis  data  ini  perlu  dipisahkan  normalized  table  mana  yang  harus  di konsolidasikan ke dalam denormalized tables  agar performa dari  sistem  dapat terjaga.
2.  Mengekstrak data dari basis data operasi
Untuk    mengekstraksi    data    dari    basis    data,    umumnya    basis    data    itu    harus tidak    beroperasi    untuk  menghindari    ketidakkonsistenan    data. Karena besarnya    data    dan    kebutuhan    transfer  yang    cepat untuk meminimalisir downtime,    konversi   tidak   dilakukan   atau   dikerjakan   sedikit   saja.    Untuk mempercepat  transfer ,  dapat  digunakan  teknik  yang  disebut  changed  datacapture  (hanya  merekam  data  yang  dimodifikasi  baru-baru  ini).  Salah  satu fitur penting dari  data warehouse adalah data  yang dimasukkan ke dalam data warehouse  merupakan  data  yang  stabil  akibat  data  dimasukkan  kedalam warehouse setelah aktivitasnya selesai.
3.  Membersihkan data yang diekstrak
Pembersihan  data  melibatkan  perbaikan  data  sebelum  dimasukkan  kedalam warehouse.  Pembersihan    ini  dikarenakan  data  operasi  dapat  mengandung kesalahan    klerikal,  entri data, dan program. Pembersihan  ini, juga  termasuk menstandarisasi istilah bisnis dalam basis data.
4.  Mengubah data ke dalam data model warehouse
Data  warehouse  terdiri  dari  data  detil  dan  data  ringkas.  Untuk  meningkatkan efisiensi,  data  dapat  di  ubah  menjadi  data  ringkas  sebelum  dimasukkankedalam  warehouse.  Sebuah  data  wa ehouse  yang  berisi  ringkasan  datadapat  mengurangi  waktu  proses  selama  analisis. Tetapi,  karena  masalah  bisnis memerlukan  data  detil   untuk  mengevaluasi  tren,  pola,   atau  anomali   yang terlihat    pada    laporan  ringkas  juga  satu  anomali  dalam  data  detil  dapatmuncul  dalam  bentuk  berbeda  di  ringkasan  yang bermacam  maka  perangkatlunak  OLAP  masih  membolehkan  pengguna  membuat  data  detil  virtual jikabelum ada.
5.  Memasukkan data ke dalam basis data data warehouse
Kesuksesan    data    warehouse    membutuhkan    pemisahan    pembuatan    dan pemeliharaan    antara    data  warehouse  dengan  basis  data  operasi.  Berikut beberapa alasan perluny a warehouse
·         Efisiensi  internal:  Persyaratan  struktur  dan  operasional  dari pemrosesan  transaksi  dengan  data  mining  sangat  berbeda, sehingga  menjadi  hal  yang  sangat  tidak  praktis  untuk  menyimpan data operasional dengan arsip data dalam basis data yang sama.
·         Integrasi   dengan   sistem   yang   lama atau   sebelumnya.   Pengaruh   dari sistem    lama    y ang    masih  sangat    kental    karena    telah    lama digunakan,    sehingga    sebagian    besar    data    bisnis    perusahaan dibuat    oleh    sistem    yang    lama.    Padahal    data    yang    dihasilkan biasanya    tidak   dapat   digunakan dalam  alat  data  mining  modern. Jadi,  agar  data  ini  dapat  dipakai,  data  warehouse  yang  terpisah dibutuhkan  untuk  memberi  ruang  penyatuan  antara  sistem  lama yang  kontemporer  ke  struktur  umum  yang  mendukung  analisis perusahaan secara menyeluruh.
·         Konsolidasi  data  global:  Munculnya    ekonomi    global  membawa perubahan    yang    besar    kepada  struktur    bisnis    organisasi  dan kebutuhan   akan   informasi  pun  meningkat.   Karena  kompleksitas dari  bisnis  saat  ini,  sebuah  data  warehouse  yang  terpusat  dan terpisah  dari  basis  data  operasional  merupakan  cara  yang  efektif untuk mengumpulkan,  menstandarkan, dan  mengasimilasi  data dari sumber yang beraneka ragam.
Pengambilan keputusan yang didukung oleh data warehouse
Data  warehouse  memiliki  fungsi  yang  sama  dengan  basis  data  tradisional.  Selain itu,  basis  data  ini juga  meny ediakan  informasi  lain  yang  tidak  memungkinkan  dibuat dalam  sistem  tradisional  seperti  analisis   multi   dimensi   serta   visualisasi   informasi. Pembuatan    laporan    standar    dalam   sistem    data warehousing  ini  dapat  dilakukan secara  otomatis  sehingga  dapat  mengurangi  akses  ke   warehouse  dan meningkatkan efisiensi dalam berhubungan dengan kepentingan yang lebih spesifik. Teknik   drill-down   merupakan   analisis   data   yang   berguna   dalam   kaitanny a   dengan data    mining.  Analisis  drill-down  dimulai  dari  meninjau  data,  dan  ketika  terlihat adanya  anomali  atau  tren  yang  menarik,    pengguna    dapat    melihat    hal    itu    secara lebih    detil    hingga    tingkatan    data    detil.    Hal    ini  tentunya tidak dapat  diantisipasi dalan laporan standar .
Pengambilan keputusan atas rantai suplai dengan didukung data warehouse
Ada   keuntungan    dengan    membagi    data    kepada    pihak    luar    seperti    konsumen    dan pemasok,    yaitu  meningkatkan  hubungan  dengan  pihak  tersebut  dan  memberikan layanan  yang  lebih  baik.  Selain  itu dapat  memberikan respon  y ang  lebih baik dalam rantai suplai.


IV.  Resiko yang Berkaitan dengan Implementasi ERP
Berikut resiko yang perlu dipertimbangkan dalam implementasi ERP:
1.  Implementasi dengan pendekatan Big-Bang dan Phased-In
Kebany akan    implementasi    ERP    mengalami    kegagalan    karena    masalah budaya    dalam    perusahaan  yang    menentang    proses    ini.    Ada    beberapa pendekatan   dalam   mengimplementasikan   ERP ,   antara lain:
·         Pendekatan  big-bang.  Pendekatan  ini  mencoba  untuk  mengalihkan operasi  dari  sistem  lama  ke  sistem    baru    sekaligus,    tanpa    adanya tahapan    pengimplementasian.    Hal    ini    tentunya    akan  mendapat penentang    karena  setiap    orang    dalam  organisasi  lebih    familiar    dengan sistem  lama. Selain  itu,  individu  seringkali  menemukan  dirinya  mengisi data  lebih  bany ak  dibanding  dengan saat  menggunakan  sistem  lama.  Hal tersebut  dapat  meny ebabkan  gangguan  pada  operasi  harian.  Tetapi  ketika periode  penyesuaian  dapat  terlewati  dan  munculnya  budaya  perusahaan baru,  ERP  menjadi  alat  operasi  dan  strategik  yang  memberikan keuntungan kompetitif kepada perusahaan.
·         Pendekatan  Phased-In.  Karena  banyaknya  tentangan  atas  pendekatan diatas,  maka  pendekatan  ini  menjadi  alternative  favorit  dalam pengimplementasian  ERP .  Pendekatan  ini  mengimplementasikan  ERP pada unit bisnis satu demi   satu. Proses   dan   data    umum   dapat disatukan tanpa  harus  mengganggu  operasi perusahaan.  Tujuan dari  pendekatan  ini adalah  untuk  membuat  ERP  dapat  berjalan  dengan  baik  bersamaan dengan  sistem  lama,  setelah  fungsi-fungsi  organisasi  terkonversikan kedalam sistem yang baru, sistem lama diistirahatkan.
Oposisi terhadap perubahan budaya bisnis
Perubahan  harus  dapat  didukung  oleh  buday a  organisasi  itu  sendiri  agar implementasi  ERP  dapat  berhasil.  Selain  itu,  diperlukan  staf  teknis  untuk  system baru  ini  atau  basis  pengguna  yang  paham  teknologi  komputer  agar  proses  pembelajarannya dapat berjalan lancar .
Memilih ERP  yang salah
Alasan  umumnya  dari  kegagalan  pengimplementasian  ERP  adalah  ERP  tidak mendukung  satu  atau  lebih  proses  bisnis  yang  penting.  Jika  salah  memilih, dibutuhkan  perubahan  model  ERP  y ang  luas,  memakan  waktu,  dan  juga  tentunya menghabiskan  dana  yang  tidak  sedikit.  Gangguan  serius  dapat  terjadi   dikarenakan kealpaan   ini.   Lebih   lanjut,   pengembangan   dari   sistem   ERP  ini   akan   menjadi lebih sulit lagi.
Goodness   of   Fit
Manajemen   perlu   yakin   bahwa   ERP  yang   dipilih   tepat   bagi   perusahaan.   Untuk menemukannya   diperlukan   proses   seleksi   perangkat   lunak   yang   meyerupai   corong, yang   dimulai dari  hal  yang  luas  lalu  menjadi  lebih  terfokus. Tetapi,  jika  proses  bisnis itu  sangat  unik,  sistem  ERP harus    dimodifikasi    agar    dapat    berjalan    dengan    sistem yang   lama   atau   mengakomodasi   perangkat lunak bolt-on. Isu    skalabilitas    sistem.    Jika    manajemen    memperkirakan    volume    bisnis    yang meningkat    saat penggunaan    sistem    ERP ,    mereka   memiliki    isu    skalabilitas    yang perlu    dialamatkan.    Skalabilitas  adalah    kemampuan    dari    sistem    untuk    berjalan secara   lancar   dan   ekonomis   saat   persy aratan pengguna bertambah. Ukuran dari skalabilitas yang penting adalah size, speed, dan workload.
Memilih konsultan yang salah
Sukses  dari  pengimplementasian  ini  tergantung  dari    keahlian  dan  pengalaman  yang biasanya  tidak  tersedia    langsung.    Karena    itu,    kebany akan    implementasi    ERP melibatkan    perusahaan    konsultan  yang    mengkoordinasikan    proyek,    membantu organisasi  dalam  mengenali  kebutuhannya.  T etapi, dengan    bany aknya    permintaan pengimplementasian     sistem     ERP ,     maka     perusahaan     konsultan  kekurangan sumber    daya    manusia.    Hal   ini   meny ebabkan    penempatan    individu    yang    tidak sesuai  dengan    kualifikasi.    Permasalahan    ini    meny ebabkan    bany aknya    proses implementasi    ERP    y ang  gagal.    Oleh    karena    itu,    sebelum    melibatkan    sebuah konsultan   luar ,   manajemen   perlu   melakukan tahap-tahap berikut ini:
·         Mewawancara    staf    yang    diusulkan    kepada    proyek    dan    buat    draft    yang meyebutkan penempatan tugasnya.
·         Tetapkan dalam tulisan bagaimana perubahan staf ditangani.
·         Lakukan rujukan terhadap member staf yang diusulkan.
·         Selaraskan    kpentingan    konsultan    yang    organisasi    itu    bernegosiasi    sebuah skema    pay -per-  performance  yang  didasari  pencapaian  tertentu  atas  proyek.Contohny a,  jumlah  uang  y ang dibay ar    kepada    konsultan   mungkin    berada    dikisaran    85    sd    115    persen    dan    upah    kontrak,  tergantung    dari    apakah kesuksesan   proyek   pengimplementasian   berada   sesuai   jadwal   atau tidak.
·         Buat  waktu  tenggat  pemutusan  yang  tegas  kepada  konsultan  untuk menghindari  konsultasi  yang    tidak    ada    akhirnya,    yang    berakibat ketergantungan   dan   upah  yang  mengalir   tanpa henti.

Biaya tinggi dan biaya yang melebihi anggaran
Resiko  yang  ada  bebentuk  biaya  yang  di  anggap  terlalu  rendah  atau  yang  tidak diantisipasi. Masalah yang sering muncul terjadi dalam beberapa area yaitu
·         Pelatihan.    Biaya    pelatihan    selalu    lebih    tinggi    dari    yang    diperkirakan karena    manajemen  berfokus  terutama  pada  niaya  mengajarkan  pekerja perangkat lunak baru. Hal ini sebenarnya hanya   sebagian   dari   pelatihan   yang dibutuhkan.    Pekerja    juga    harus    mempelajari    prosedur baru,  yang seringkali diabaikan saat proses penganggaran.
·         Pengujian  dan  peny atuan  sistem.  ERP  merupakan  model  keseluruhan  yang dalam  teorinya  satu    sistem  yang  menggerakkan    seluruh  organisasi.  Pada keny ataannya,    bany ak    organisasi  menggunakan  ERP  sebagai  tulang punggung  yang  terikat  pada  sistem  lama  dan  perangkat lunak   bolt-on,   yang mendukung    kebutuhan    khusus    perusahaan.    Menggabungkan    sistem  yang tidak  sama  ini  dengan  sistem  ERP  dapat  melibatkan  penulisan  program konversi  atau bahkan   memodifikasi    kode   internal    dari    ERP .    Penggabungan dan   pengujian   dilaksanakan dengan basis  case-by-case, jadi  biayanya sangat sulit ditaksir sebelumnya.
·         Konversi basis data.  Sebuah sistem  ERP baru  biasany a berarti  basis  data baru. Konversi  data  merupakan    proses    mengalihkan    data    dari    sistem    lama kepada    basis    data    ERP .    Jika    data  sistem  lama  handal,  proses  konversi dilaksanakan  lewat  prosedur  yang  otomatis.  Meskipun dengan  kondisi  ideal, pengujian  dan  rekonsiliasi  manual  dibutuhkan  untuk  menjamin  bahwa pemindahan telah lengkap dan akurat. Proses    implementasi    ERP    ini    memerlukan    biay a    yang    besar    sedangkan manfaatnya    tidak    dapat dirasakan    dalam    jangka    waktu    yang   pendek.    Untuk itu,     manajemen     harus    pandai    menaksir  kuntungan  y ang  didapat  dari pengimplementasian  ini  agar  tidak  mengalami  kerugian  akibat  proses ini.
Gangguan Operasi
Sistem  ERP  dapat  mengacaukan  operasi  perusahaan  yang  memasangnya.  Hal  ini disebabkan  sistem  ERP  ini  terlihat  asing  dibandingkan  dengan  sistem  lama  sehingga memerlukan  periode penyesuaian untuk memperlancar proses implementasi ini.


V.  Implikasi terhadap Kontrol Internal dan  Audit
Beberapa perhatian penting atas isu kontrol internal dan audit, antara lain:
1.  Otorisasi transaksi
Kontrol   perlu   ditanamkan   pada   sistem   untuk   memvalidasi   transaksi sebelum    diterima    dan digunakan    modul    lain.    T antangan    bagi    auditor adalah    memverifikasi    otorisasi    transaksi    untuk  mendapatkan    pengetahuan yang    terperinci    atas    konfigurasi    sistem    ERP    dan    pengertian    yang  seksama atas proses bisnis dan arus informasi antara komponen sistem.
2.  Pemisahan tugas
Keputusan  operasional organisasiberbasis  ERP  berusah  didekatkan  dengan sumber dari kejadianny a. Proses manual  yang   memerlukan   pemisahan   tugas seringkali    dihilangkan    dalam  lingkungan    ERP .    Hal  ini    menimbulkan permasalahan   baru   bagaimana  mengamankan,   mengontrol suatu  sistem  agar dapat    menjamin    pemisahan    tugas    berjalan    dengan    baik.    Untuk memecahkan  masalah  ini,  SAP  memperkenalkan  teknik    user  role.  Seiap role  diberikan  suatu  set  aktivitas  yang  ditugaskan  pada  pengguna  yang berwenang  dalam  sistem  ERP .  Auditor  perlu  memastikan  apakan  role  ini diberikan sesuai dengan tanggung jawab kerjanya.
3.  Pengawasan
Seringkali  kegagalan  dari  implementasi  ERP  dikarenakan  manajemen  tidak mengerti  dengan  baik  pengaruhnya    terhadap    bisnis.    Seringkali,    setelah ERP    berjalan,    hanya    tim    implementasi    yang  mengerti    cara    kerjanya. Karena    peran    tradisional    akan    diganti,    supervisor    perlu    mendapatkan pengertian  teknis    dan operasional  yang  mendalam    atas    sistem    baru    ini. Supervisor   seharusny a  memiliki     waktu     untuk     mengelola     melalui kemampuan   pengawasan   yang   ditingkatkan   serta  meningkatkan rentang kontrol mereka.
4.  Accounting Records
Dalam    sistem    ini    data    OL TP    dapat    dengan    mudah    diproses    menjadi berbagai    macam    produk  akuntansi,   resiko   yang   ada   dapat   diminimalkan dengan   meningkatkan   akurasi   entri   data.   T etapi,  Walaupun    menggunakan teknologi    ERP ,    beberapa    resiko    atas    akurasi    accounting    records    masih muncul.    Hal    ini    disebabkan    karena    data    yang    rusak    atau    tidak    akurat akibat   melewati   sumber  eksternal.    Data   ini   dapat    berisi    duplicate   records, nilai    yang    tidak    akurat,    atau    fields    yang    tidak  lengkap.  Oleh  karena  itu dibutuhkan  pembersihan  data  untuk  mengurangi  resiko  dan  menyakinkan data yang paling akurat dan terkini yang diterima.

5.  Kontrol akses
Security    merupakan    isu    yang    penting    dalam    implementasi    ERP .    Tujuan dari    security    ini    untuk  menyediakan  kerahasiaan,  kejujuran,  dan ketersediaan  informasi  yang  dibutuhkan.  Apabila  security  lemah,  dapat meny ebabkan  pembeberan  rahasia  dagang  kepada  pesaing  dan  akses  tanpa izin.
Akses kepada data warehouse
Kontrol   dari   akses   merupakan   fitur   penting   data   warehouse   yang   dibagi  kepada    konsumen    dan  pemasok.    Organisasi    seharusnya    membangun prosedur    untuk   mengawasi    otorisasi    individual ditempat  konsumen dan suplier yang akan diberi akses kedalam data warehouse-nya
Perencanaan kontingensi
Organisasi  harus  mempunyai  rencana  kontingensi  yang  rinci  dapat digunakan  sewaktu-waktu  bila terjadi    bencana    yang    dikembangkan    untuk operasi    komputer    dan    bisnis.    Rencana    ini    perlu dikembangkan   sebelum sistem    ERP   berjalan.    Organisasi    yang   memiliki    unit    bisnis    yang    sangat terintegritas    mungkin   memerlukan   satu   system    ERP  yang   dapat   diakses melalui    internet    atau  private    line    dari    seluruh    dunia    untuk mengkonsolidasikan    data    dari    sistem    sekunder .    Sedangkan  perusahaan dengan  unit  organisasi  yang  berdiri  sendiri  dan  tidak  berbagi  konsumen, pemasok,  atau produk  yang  sama seringkali  memilih untuk  memasang  server regional.
Verifikasi Independen
Fokus  verifikasi  independen    atas  sistem  ini  tidak    tertumpu    pada  tingkatan transaksi,  tetapi  secara keseluruhan.   Hal   ini   menyebabkan   usaha   verifikasi independen   hanya   dapat   dilakukan   oleh   tim yang mahir teknologi ERP .
6.  Mengaudit data warehouse

Dalam  mengaudit  sistem  informasi,  auditor  harus  dapat  mendesain  prosedur untuk  mengumpulkan  bukti    atas    asersi    manajemen    y ang    berhubungan dengan   laporan   keuangan   perusahaan.   Data   yang  terkandung  dalam  data warehouse  merupakan  sumber  yang  sangat  baik  dalam  menyelenggarakan analisis    time-series    dan    ratio.    Walaupun    demikian,    auditor    perlu memahami    prosedur    dalam  mempopulasi  warehouse.  Pembersihan  data merupakan  tahapan  penting  dalam  mengelola  warehouse    agar    berguna dengan   baik.   Jadi,   auditor   harus   berhati-hati   menggantungkan   diri   pada warehouse

0 komentar: